Kamis, 17 April 2014

cabang-cabang ilmu Biologi

Biologi memiliki cabang ilmu yang spesifik dan objek kajian yang semakin khusus untuk memudahkan cara pembelajarannya, mengingat pada umumnya seseorang hanya mampu mendalami salah satu cabang ilmu. Cabang cabang Biologi tersebut antara lain:
  1. Anatomi : Ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian struktur tubuh dalam makhluk hidup
  2. Agronomi : Ilmu yang mempelajari tentang tanaman budidaya
  3. Andrologi : Ilmu yang mempelajari tentang macam hormon dan kelainan reproduksi pria
  4. Algologi : Ilmu yang mempelajari tentang alga/ganggang
  5. Botani : ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan
  6. Bakteriologi : Ilmu yang mempelajari tentang bakteri
  7. Biologi molekuler : Ilmu yang mempelajari tentang kajian biologi pada tingkat molekul
  8. Bioteknologi : Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan penerapan proses biologi secara terpadu yang meliputi prosesbiokimia, mikrobiologi, rekayasa kimia untuk bahan pangan dan peningkatan kesejahteraan manusia.
  9. Bryologi: ilmu yang mempelajari tentang lumut
  10. Kardiologi: ilmu yang mempelajari tentang jantung dan pembuluh darah
  11. Dendrologi: ilmu yang mempelajari tentang pohon maupun tumbuhan berkayu lainnya, seperti liana
  12. Ekologi : Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan
  13. Embriologi : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio
  14. Entomologi : Ilmu yang mempelajari tentang serangga
  15. Enzimologi : ilmu yang mempelajari tentang enzim
  16. Evolusi : Ilmu yang mempelajari tentang perubahan struktur tubuhmakhluk hidup secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama
  17. Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari tentang penularan penyakit
  18. Eugenetika : Ilmu yang mempelajari tentang hukum pewarisan sifat
  19. Endokrinologi : Ilmu yang mempelajari tentang hormon
  20. Enzimologi : Ilmu yang mempelajari tentang enzimFisiologi : Ilmu yang mempelajari tentang faal (fungsi kerja) organ tubuh
  21. Fisiologi: Ilmu yang mempelajari tentang faal/fungsi kerja tubuh
  22. Fisioterapi : Ilmu yang mempelajari tentang pengobatan terhadappenderita yang mengalami kelumpuhan atau gangguan otot
  23. Farmakologi : Ilmu yang mempelajari tentang obat-obatanGenetika : Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
  24. Genetika: ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
  25. Histologi : Ilmu yang mempelajari tentang jaringan
  26. Higiene : Ilmu yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan makhluk hidup
  27. Harpetologi: ilmu yang mempelajari reptilia/ular
  28. Imunologi : Ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan (imun) tubuh
  29. Ichtiologi : Ilmu yang mempelajari tentang ikan
  30. Karsinologi : Ilmu yang mempelajari tentang crustacea
  31. Klimatologi : Ilmu yang mempelajari tentang iklim
  32. Limnologi : Ilmu yang mempelajari tentang perairan mengalir
  33. Mamologi: ilmu yang mempelajari tentang mammalia
  34. Mikologi: ilmu yang mempelajari tentang jamur
  35. Mikrobiologi : Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme
  36. Malakologi : Ilmu yang mempelajari tentang moluska
  37. Morfologi : Ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ciri luarorganisme
  38. Mikologi : Ilmu yang mempelajari tentang jamur
  39. Neurologi: Ilmu yang menangani penyimpangan pada sistem saraf
  40. Nematologi: ilmu yang mempelajari tentang nematoda
  41. Organologi : Ilmu yang mempelajari tentang organ
  42. Onkologi: ilmu yang mempelajari tentang kanker dan cara pencegahannya
  43. Onthogeni : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup dari zigot menjadi dewasa
  44. Ornitologi : Ilmu yang mempelajari tentang burung
  45. Phylogeni : Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhlukhidup
  46. Patologi : Ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan pengaruh-nya bagi manusia
  47. Palaentologi : Ilmu yang mempelajari tentang fosil
  48. Paleobotani, ilmu yang mempelajari tumbuhan masa lampau
  49. Paleozoologi, ilmu yang mempelajari tentang hewan purba
  50. Parasitologi : Ilmu yang mempelajari tentang makhluk parasit
  51. Protozoologi : Ilmu yang mempelajari tentang Protozoa
  52. Primatologi: ilmu yang mempelajari tentang primata
  53. Pulmonologi: ilmu yang mempelajari tentang paru-paru
  54. Radiologi: ilmu untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik
  55. Rekayasa Genetika: ilmu yang mempelajari tentang manipulasi sifat genetic
  56. Sanitasi : Ilmu yang mempelajari tentang kesehatan lingkungan
  57. Sitologi : Ilmu yang mempelajari tentang sel
  58. Taksonomi : Ilmu yang mempelajari tentang penggolongan makhluk hidup
  59. Teratologi : Ilmu yang mempelajari tentang cacat janin dalam kandungan
  60. Virologi : Ilmu yang mempelajari tentang viru

PENGUMPULAN DATA Cara Memperoleh Data (Data Primer dan Data Sekunder), Alat Pengukur dalam Penelitian, Wawancara dan Kuesioner, Tes, Ukuran Kepribadian, Teknis Sosiometris, Observasi



 


MAKALAH
METODELOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI

PENGUMPULAN DATA
Cara Memperoleh Data (Data Primer dan Data Sekunder), Alat Pengukur dalam Penelitian, Wawancara dan Kuesioner, Tes, Ukuran Kepribadian, Teknis Sosiometris, Observasi


Dosen pembimbing :
Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M. Sc



 


 



Oleh :

Natsir Nasoha, S.Pd  : A2C213056
Miftah Farid  S.Pd    : A2C213052

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
                                                        BANJARMASIN




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................   ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................   iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................   1
1.    Latar Belakang ...................................................................................................   1
1.1 Rumusan Masalah ........................................................................................   1
1.2 Tujuan Penulisan ..........................................................................................   1
BAB II. ISI ............................................................................................................   2
2.    Pengumpulan Data .............................................................................................   2
2.1 Data Primer ..................................................................................................   2
2.2 Data Skunder ...............................................................................................   3
2.3Alat Pengukuran Dalam Penelitian ...............................................................   5
2.4 Wawancara dan Kuesioner ..........................................................................   8
2.5 Tes ................................................................................................................   12
2.6 Ukuran Kepribadian .....................................................................................   17
2.7 Teknis Sosiometris .......................................................................................   17
2.8 Observasi ......................................................................................................   20
BAB III. PENUTUP ..............................................................................................   23
Kesimpulan .............................................................................................................   23
Daftar Pustaka ........................................................................................................   24







BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung (Widya, 2010:1).
Pengumpulan Data merupakan tahapan awal dalam proses penelitian yang penting, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan teknik Pengumpulan data yang benar, kita akan mendapatkan strategi dan  prosedur yang akan kita gunakan dalam mencari data di lapangan (Hartanto, 2003:7).
Berdasarkan penjelasan diatas maka pada makalah ini, kita akan membahas jenis data apa saja yang dapat kita pergunakan untuk penelitian kita. agar penelitian kita dapat tercapai sebagaimana yang kita harapkan.
1.1  Rumusan Masalah
·         Jenis Pengumpulan data apa saja yang dapat diterapkan dalam penelitian?
1.2  Tujuan Penulisan
·         Untuk mengetahui jenis pengumpulan data apa saja yang dapat terapkan dalam penelitia.



BAB II
ISI
2.      PENGUMPULAN DATA
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung
2.1  Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian (Hartanto, 2003:6). Sedangkan menurut Widya (2010:) mengandung 2 pengertian yaitu:
1)      Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.
2)      Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion FGD) dan penyebaran kuesioner.


2.2  Data Skunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Hartanto, 2003:3). Widya (2010:5) juga mengemukakan dalam karyanya yaitu bahwa data primer adalah merupakan data data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
·      Apakah kita memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti?
·      Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan?
Identifikasi data sekunder yang kita butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu serta biaya. Adapun data sekunder dapat dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a)        Pemahaman Masalah:Data sekunder dapat digunakan sebagai sarana pendukung untuk memahami masalah yang akan kita teliti. Sebagai contoh apabila kita akan melakukan penelitian dalam suatu perusahaan, perusahaan menyediakan company profile atau data administratif lainnya yang dapat kita gunakan sebagai pemicu untuk memahami persoalan yang muncul dalam perusahaan tersebut dan yang akan kita gunakan sebagai masalah penelitian.
b)     Penjelasan Masalah: Data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas masalah dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan pada data sekunder yang tersedia, kita dapat mengetahui komponen-komponen situasi lingkungan yang mengelilinginya. Hal ini akan menjadi lebih mudah bagi peneliti untuk memahami persoalan yang akan diteliti, khususnya mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai pengalaman-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti
c)      Formulasi Alternative-Alternative Penyelesaian Masalah yang Layak Sebelum kita mengambil suatu keputusan, kadang kita memerlukan beberapa alternative lain. Data sekunder akan bermanfaat dalam memunculkan beberapa alternative lain yang mendukung dalam penyelesaian masalah yang akan diteliti. Dengan semakin banyaknya informasi yang kita dapatkan, maka peneyelesaian masalah akan menjadi jauh lebih mudah.
d)     Solusi Masalah: Data sekunder disamping memberi manfaat dalam membantu mendefinisikan dan mengembangkan masalah, data sekunder juga kadang dapat memunculkan solusi permasalahan yang ada. Tidak jarang persoalan yang akan kita teliti akan mendapatkan jawabannya hanya didasarkan pada data sekunder saja (Hartanto, 2003:3).
Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria sebagai berikut:
a)    Waktu Keberlakuan: Apakah data mempunyai keberlakuan waktu? Apakah data dapat kita peroleh pada saat diutuhkan. Jika saat dibutuhkan data tidak tersedia atau sudah kedaluwarsa, maka sebaiknya jangan digunakan lagi untuk penelitian kita.
b)   Kesesuaian: Apakah data sesuai dengan kebutuhan kita? Kesesuaian berhubungan dengan kemampuan data untuk digunakan menjawab masalah yang sedang diteliti.
c)    Ketepatan: Apakah kita dapat mengetahui sumber-sumber kesalahan yang dapat mempengaruhi ketepatan data, misalnya apakah sumber data dapat dipercaya? Bagaimana data tersebut dikumpulkan atau metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut?
d)   Biaya: Berapa besar biaya untuk mendapatkan data sekunder tersebut? Jika biaya jauh lebih dari manfaatnya, sebaiknya kita tidak perlu menggunaknnya (Hartanto, 2003:6).
2.3   Alat Pengukuran dalam Penelitian
Untuk mengumpulkan data yang dimaksud, seorang peneliti biasanya menggunakan instrument untuk mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan suatu instrument pengumpul data dalam proses penelitian sangat penting karena kondisi data tergantung alat (instrument) yang dibuat. Adapun pengertian Instrumen penelitian menurut Muhammad (2001:166) adalah Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar   penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.
Arikunto dan Suharsimi (2006:150) mengemukakan ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
a)    Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
b)   Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable / subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.
c)    Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
d)   Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
e)    Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasannya.
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
ü  Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil penelitian  dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti.
ü  Reliable, reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable (Sugiyono, 2009: 79).
2.4  Wawancara dan Kuesioner
2.4.1        Wawancara
Wawancara  adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara (Widya, 2010:29).
a)      Jenis-jenis Wawancara
ü Wawancara terstruktur: pertanyaan dan alternatif jawaban telah ditetapkan lebih dulu, jawaban lebih mudah dikelompokkan & dianalisis
ü Wawancara tak berstruktur: bersifat informal, luwes, disesuaikan dengan subjek dan suasana.
b)        Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan dalam Wawancara
ü Hal-hal yang harus dilakukan seorang pewawancara adalah mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Suksesnya suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
ü Dalam proses wawancara si pewawancara harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul dibenak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti : Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
c)    Kelebihan dan kekurangan teknik wawancara
v Kelebihan
ü Flexibility. Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan jika suatu pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia dapat menundanya.
ü Nonverbal Behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
ü Question Order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga responden dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
ü Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah ditetapkan.
ü Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisi pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
ü Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
v Kelemahan
ü Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
ü Interview Bias. Walau dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
ü Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human relation).
ü Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
ü Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
ü Jangkauan responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama dari pada angket dan biaya yang relatif yang lebih mahal.
2.4.2        Kuesioner
a)   Pengertian Kuesioner
Kuisioner adalah suatu daftar yang berisi prtanyaan-pertanyaan untuk tujuan khusus yang memungkinkan seorang analis sistem untuk mengumpulkan data dan pendapat dari para responden yang telah dipilih. Daftar pertanyaan ini kemudianakan dikirim kepada para responden yang akan mengisinya sesuai dengan pendapat mereka.
b)   Klasifikasi Kuesioner
ü Kuesioner berstruktur/tertutup: berupa pertanyaan disertai alternatif jawaban
ü Kuesioner tidak berstruktur/terbuka: jawaban bebas menurut pendapat responden
ü Kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur: memberi alternatif jawaban tapi memberi kebebasan responden untuk menjawab lebih lanjut
ü Kuesioner semi terbuka: kuesioner yang memberi kebebasan kemungkinan menjawab selain dari alternatif jawaban yang sudah tersedia
c)    Harapan karakteristik pertanyaan pada angket
ü Tujuan yang akan diteliti harus jelas disusun dalam pertanyaan.
ü Konfidensial: Data yang diberikan responden merupakan rahasia informasi yang dapat dipercaya.
ü Anonim: Nama dari responden seyogyanya bukan menjadi masalah yang penting dalam penelitian.
ü Pertanyaan mudah dipahami oleh responden.
ü Spesifik: Pertanyaan harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.
ü Ambigiositas: Bila pertanyaan bersifat mendua arti akan menyulitkan bagi responden untuk menjawabnya. Contoh : Anda suka naik gunung dengan sepeda dan naik kuda? Disini dua pertanyaan ditanyakan bersama.
ü Faktual: Pertanyaan seyogyanya bersifat meminta fakta bukan opini. Contoh: beberapa orang terbunuh dalam peperangan itu?(fakta). Bagaimana pendapat anda pada pembunuhan itu? (opini).
ü Ketidakjelasan atau kesamaran: Pertanyaan seyogyanya tidak mengandung ketidak jelasan atau samar-samar keraguan. Contoh: Pada suatu pertandingan sepak bola, anda suka bila ada taruhannya?
ü Pertanyaan seyogyanya tidak memberi petunjuk responden terarah pada suatu masalah tertentu. Contoh: Bukankah anda berfikir bahwa menambah dosis obat yang diminum membahayakan, bukan? Pertanyanan hendaknya tidak mempersukar responden untuk menjawabnya. Contoh: Berapa kali anda setiap hari mandi atau sikat gigi?
ü Pertanyaan hendaknya jangan bersifat pribadi. Kecuali kalau perlu sekali, hindari pertanyaan yang bersifat pribadi. Contoh: Apakah anda suka kawin lagi ?
ü Pertanyaan hendaknya tidak terlalu panjang, seyogyanya singkat dan jelas.
ü  Petanyaan hendaknya besifat logis.
2.5  Tes
Widya (2010:35) mengemukakan bahwa pengertian tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar penetapan skor angka.
a)   Jenis Tes
1.      Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.
Ø Macam-macam Test Lisan
Tes lisan ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
ü Tes lisan bebas yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis
ü Tes lisan berpedoman yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
Ø Kelebihan dan Kekurangan Test Lisan
·      Kelebiahan
ü Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
ü Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
ü Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
ü Siswa dapat mengemukakan argumentasi
ü Dapat mengevaluasi kemampuan penalaran
ü Dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan
ü Dapat melakukan pendalaman materi
ü Tidak mungkin terjadi penyontekan
ü Bahan ujian dapat luas dan mendalam
·      Kelemahan
ü Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes
ü Waktu pelaksanaan yang diperlukan.
ü Sangat memungkinkan ketidakadilan
ü Subjektifitas tinggi
ü Memerlukan waktu yang lama
ü siswa dapat melakukan asal bicara saja
ü jika siswa memiliki sifat gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab
ü Kurang reliabel
Ø Pelaksanaan tes lisan
Nurkancara (1986:60) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan tes lisan antara lain adalah sebagai berikut:
ü Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran tentang prestasi belajar yang dicapai oleh murid-murid.
ü Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut memberikan jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang sangat “tolol”.
ü  Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seoarang murid yang sedang di tes dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati pada murid tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip evaluasi karena kita bertindak tidak adil terhadap murid yang lain.
ü Siapkanlah terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan samapai terkecoh oleh jawaban yang ngelantur dari murid-murid.
ü Laksanakanlah skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh murid.
Ø Langkah-langkah Tes Lisan
ü Langsung kepada individu
ü Menyebar kepada semua siswa
ü Retorik, guru bertanya, siswa diberi waktu untuk menjawab, tetapi guru yang menjawab
ü Balikan, pertanyaan siswa dijawab guru selanjutnya guru bertanya lagi kepada siswa yang bertanya
Ø Manfaat Pertanyaan Lisan
ü Terusan, pertanyaan peserta dibalikan untuk dijawab oleh peserta lainnya
ü Mengembangkan pemahaman siswa
ü Mengembangkan kemampuan berpikir dan membuat keputusan
ü Mengaktifkan kedua belah pihak guru dan siswa
2.    Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis merupakan kegiatan yang paling penting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal yag ditulis harus berdasarkan rumusan indikator yang sudah disusun dalam kisi-kisi. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur.
Adapun macam-macam tes tertulis dikelompok dengan beberapa bentuk test yaitu antara lain:
a)      Test objectif yaitu adalah soal bentuk pilihan ganda. Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Ada empat macam tes objektif, yaitu tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching) (Nurgiyantoro, 2001: 98).
b)      Test Essai Salah satu cara mengevaluasi pembelajaran adalah dengan menggunakan Tes Esai. Tes esai sendiri adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik untuk menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Seperti pendapat Ngalim Purwanto (1991:35) dalam Nurgiyantoro (2001:99) mengatakan bahwa dalam test dituntut kemampuan peserta didik untuk benar – benar memahami pertanyaan dan merealisasikan gagasannya melalui bahasa tulisan, sehingga tipe esai test lebih bersifat power test. Bentuk-bentuk pertanyaannya biasanya meminta pada peserta didik untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar peserta didik menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat komplek.
2.6  Ukuran Kepribadian
Mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi sosial dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorang melalui reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang khas untuk orang itu.
2.7  Teknis Sosiometris
a)   Pengertian Sosiometris
Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan. Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data diambil berdasarkan preferensi pribadi antara anggota kelompok (Nurgiantoro, 2001:101).
b)   Keunggulan sosiometris
Keunggulan metode ini adalah mungkin kelebihan terbesar teknik sosiometri adalah teknik ini memberikan informasi obyektif mengenai fungsi-fungsi individu dalam kelompoknya, dimana informasi ini tidak dapat diperoleh dari sumber yang lain. Sedangkan kelemahan metode ini adalah perlu diketahui bahwa tes sosiometri, tidak memberikan jawaban yang pasti. Tes ini hanya bisa memberikan indikasi struktur social atau petunjuk bagi peneliti tentang individu pada periode tertentu, seluruh teori sosiometri atau postulatnya belum dites dan dikembangkan sampai pada tingkat yang tak tersangkal kebenarannya, dan siswa cenderung memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan kegiatan (sosiogroup) melainkan atas dasar simpati dan antipati (psychogroup).
c)    Ciri-ciri Sosiometris
Berikut adalah ciri khas penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri , yang terikat pada situasi pergaulan sosial atau kriterium tertentu.
1)   Dijelaskan kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
2)   Setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di dalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu. Jumlah teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan pertama, kedua, dan ketiga. Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah jaringan hubungan sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan masing-masing siswa terhadap kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal pembentukan kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat berubah, bila tes sosiometri diterapkan lagi pada lain kesempatan terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda ).Ada kemungkinan siswa akan memilih teman-teman yang lain untuk belajar bersama di kelas, dibanding dengan pilihan-pilihannya untuk pergi piknik bersama. Pilihan-pilihan siswa tidak menyatakan alasan untuk memilih, kecuali bila hal itu dinyatakan dalam tes. Pilihan-pilihan juga tidak menyatakan tentang sering tidaknya bergaul dengan teman-teman tertentu, atau intim tidaknya pergaulan dengan teman-teman tertentu; bahkan tidak mutlak terungkapkan taraf popularitas siswa tertentu, dalam arti biasanya mempunyai banyak teman,beberapa teman atau sama sekali tidak mempunyai teman.
3)   Setiap siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
4)    Pilihan-pilihan dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan. Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa.
5)   Biasanya siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak disukai. menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban psikologis.
6)   Tenaga kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang  studi, wali kelas, dan tenaga ahli bimbingan, tergantung dari kegiatan yang akan dilakukan.

d)   Manfaat atau Kegunaan Teknik Sosiometris
Teknis sosiometri dapat dipergunakan untuk:
1)   Memperbaiki hubungan insani.
2)   Menentukan kelompok kerja
3)   Mengetahui bagaimana hubungan sosial / berteman seorang individu denganindividu lainnya.
4)   Mencoba mengenali problem penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu.
5)   Menemukan individu mana yang diterima / ditolak dalam kelompok social tertentu
2.8  Observasi
a)        Pengertian Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian di tempat terjadi/berlangsungnya peristiwa (Margono, 1997: 158 dalam Widya;2010:20).
Berdasarkan jenisnya observasi dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a)         Observasi langsung: observasi yang dilakukan di mana observer berada bersama objek yang diselidiki
b)        Observasi tidak langsung: observasi yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti, misalnya dilakukan melalui film, rangkaian slide,/foto ( Widya, 2010:21). Sedangkan Menurut Sugiyono (2011:310-317) Observasi mempunyai banyak macamnya. Untuk memperdalam pemahaman kita tentang macam-macam observasi simak penjelasan berikut.:
ü  Observasi Partisipatif. Adalah peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data. Artinya peneliti terlibat langsung dalam kegiatan mencari data yang diperlukan melalui pengamatan. Melalui observasi partisipatif, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku atau gejala yang muncul. Menurut Stainback Observasi partisipatif dapat digolong kan menjadi empat yaitu: partispasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
ü  Observasi Terus Terang atau Tersamar. Dalam observasi jenis ini peneliti menyatakan keterusterangannya kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar kepada narasumber untuk memperoleh data yang sifatnya rahasia. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
ü  Observasi Tidak Terstruktur. Adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang diobservasikan. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.



b)        Manfaat Observasi
Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konsteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh padangan yang holistik atau menyeluruh.
1)   Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan.
2)   Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain. Khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
3)   Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
4)   Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komperhensif.
5)   Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana atau situasi sosial yang diteliti.



BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian . data pun terbagi menjadi dua bagian yaitu data primer dan data skunder, data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) sedangkan data skunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Untuk mengumpulkan data yang dimaksud, seorang peneliti biasanya menggunakan instrument untuk mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan suatu instrument pengumpul data dalam proses penelitian sangat penting karena kondisi data tergantung alat (instrument) yang dibuat. Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu dengan cara wawancara dan cara kuesioner dan untuk mengetahui kevaliditasan data penelitian dapat dilakukan dengan cara test, jenis tes terbagi menjadi dua, yaitu test lisan dan test tertulis, berikutnya data penelitian di ukur dengan ukuran kepribadian dan sosiometris, setelah tahap-tahap di atas sudah terlaksana maka langkah terakhir dalam penelitian yang harus dilakukan adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian di tempat terjadi/berlangsungnya peristiwa atau yang disebut observasi.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto dan Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik. Penerbit PT.Asdi Mahasatia. Jakarta
Hartanto Rudy. 2003. Modul Metodelogi Penelitian. Laboratorium Biometrika Fakultas Peternakkan Universitas Diponegoro. Semarang . http:// eprints.undip.ic id
Sugioyono. 2009. Metode dan Penelitian Kuantitatif . Penerbit Alfabeta. Jakarta
Suryabrata Sumadi. 1993. Metode Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta 
Muhammad Raj Teguh. 2001. Methodologi penelitian ekonomi. Penerbit Raja Grafindo persada. Jakarta
Nurgiyantoro. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurkancara, Wayan. 1986. Evaluasi pendidikan. Surabaya Bandung : Sinar Baru
Widya Astuti A. 2010. Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Penelitian. Lambung Pustaka Universitas Ngeri Yogyakarta. http://www. eprints.uny.ac.id