BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembagian Dunia Tumbuhan
Menurut
Mechael (1994:74), tumbuh-tumbuhan secara nyaman dapat dikelompokkan menjadi 4
kategore utama : pohon-pohon, semak-semak, tanaman rempah-rempah dan tumbuhan
lumut. Pohon-pohon tumbuhan berkayu dengan batang tunggal yaitu trunk, mereka
dikenali dari belukar bedasarkan tingginya. Pohon umumnya lebih tinggi dari 8
meter.
Tumbuhan
hanya dapat hidup di tempat yang kondisinya cukup sesuai baginya, dan
jenis-jenis yang berbeda seringkali mempunyai kebutuhan yang sama sekali
berbeda. Berarti, bahwa kondisi setempat merupakan faktor-faktor utama dalam
membatasi agihan jenis tumbuhan tertentu (Polunin N, 1990:93),
Menurut
Hardiansyah & Ramli (2004:24), menjelaskan bahwa dalam suatu metode
pengukuran diameter batang dan tinggi pohon sangat penting dalam mempelajari
struktur tegakan, terutama dalam memperkirakan komposisi umur dan proses
regenerasi atau komunitas. Bedasarkan kelas diameter batang, pohon dibedakan
atas tiga kelas yaitu:
1)
Kelas
yang berdeameter kurang dari 3 cm dan dikategorikan sebagai seedling
2)
Kelas
deameter 3 – 10 cm, yang dikategorekan sebagai sapling, dan
3)
Kelas
diameter lebih dari 10 cm, yang dikategorikan pohon dewasa.
Sedangkan
menurut Indriyanto (2008:22),
klasifikasi pohon bedasarkan ukuran dan morfologinya sebagai berikut:
a.
Seedlings, yaitu pohon yang tinggi kurang dari 1,5 meter dengan
deameter kurang batang dari 10 cm
b.
saplings, yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5 meter dengan
deameter batang kurang dari 10 cm
c.
Dewasa (poles),
yaitu pohon dengan deameter batang 10 cm – 19 cm.
Sedangkan
secara morfologinya dapat dilihat dengan ciri- ciri sebagai berikut:
a.
Sedlings, yaitu batang berbuku-buku, buku-buku batang ada
tumbuhnya daun dan batang pohon belum mempunyai cabang batang atau rating
b.
Sapling, yaitu buku-buku batang tidak lagi ditumbuhi daun , dan
sudah mempunyai cabang batang atau ranting
c.
Dewasa (poles), yaitu mempunyai cabang batang
atau ranting, berbunga atau berbuah pada umumnya.
2.2
Kajian Struktur Vegetasi
Komunitas
tumbuhan adalah unit-unit alami vegetasi dan merupakan benda nyata dan ini
tampak dari kata-kata dalam pembicaraan sehari-hari. Seperti hutan padang rumt,
dewasa dan rawa. Dalam setiap komunitas yang mantap tumbuhan terdapat dalam
ukuran yang berbeda-beda dan tersebar sedemikian rupa sehingga membentuk pola
tiga demensi.Suatu stratifikasi vegetasi dalam suatu ekosistem sangat mencolok
dalam sebuah ekosistem hutan hujan (Loveless, 1989:244).
Menurut
Hardiansyah (2010:11), dari hasil penelitian menunjukan tumbuhan di alam tidak
merata (tidak mempunyai jarak yang sama) disebabkan karena adanya perbedaan
dalam kondisi lingkungan, sumber daya tetanga dan gangguan. Hal ini semua
merupakan faktor yang mempengaruhi dinamika populasi tumbuhan.
Kebanyakan
komunitas memperlihatkan pola atau struktur dalam tanaman bagian komponen.
Struktur suatu komunitas terdapat dalam bentuk stratifikasi tegak (misalnya
komonitas hutan), zonasi mendatar (komunitas laut interdial) atau dalam
pola-pola fungsional yang berkaitan dengan aktivitas,jaringan makanan, perilaku
reproduksi atau perilaku social organisme. Untuk menerangkan struktur dan
komposisi suatu jenis tumbuhan di suatu tempat, diperlukan sejumlah satuan
pengukuran yaitu kerapatan atau densitas, frekuensi, luas penutupan dan biomassa
(Michael, 1994:268).
Menurut
Hardiansyah (2000:14), menjelaskan bahwa struktur dalam komunitas meliputi
kerapatan, frekuensi, dominansi dan nilai penting. Kerapatan menunjukan jumlah
individu suatu jenis tumbuhan pada tiap-tiap petak contoh. Frekuensi suatu
jenis adalah berapa jumlah petak contoh yang memuat jenis tersebut dari jumlah
petak contoh yang dibuat. Dominansi menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi
oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing
terhadap jenis lain. Sedangkan nilai penting merupakan jumlah nisbi kedua atau
ketiga parameter di atas.
2.3
Pengaruh Hutan terhadap lingkungan
Menurut
(UU RI No. 41 Tahun 1999), yang dikutif oleh Indriyanto (2005:4), hutan adalah
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominansi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat terpisahkan.
Fungsi
ekosistem hutan bagi tanah yang ada disekitarnya adalah penyubur, bagi hutan
yang tidak terganggu.Butir-butir tanah air hujan yang ditahan oleh tajuk pohon,
sehingga tidak langsung menimpa tanah. Penahan oleh tajuk pohon akan mengurangi
resiko tetesan langsung ketanah. Sebab vegetasi tersebut menghasilkan serasah
yang dapat meningkatkan porositas tanah. Meningkatnya porositas tanah disebkan
oleh adanya serasah, juga disebabkan oleh sistem perakaran pohon (vegetasi).
Serasah dan sistem perakaran pohon
ternyata memilki peranan yang cukup banyak dari segi hidro-orologi ( pengaturan
tata air dan tanah) misalnya meningkatkan kapasitas infiltarasi, menekan aliran
permukaan menyebabkan erosi, mencegah tanah longsor, dan miningkatkan peroklasi
(Hanilton dan King, 1988). Peroklasi, yaitu peristiwa bergerak air kebawah
dalam profil tanah (Arsyad, 1983) dalam (Indriyanto 2005:5).
Menurut
Junus, dkk (1985:56), menyatakan bahwa hutan merupakan bagian terpenting dalam
suatu daerah aliran sungai, karena dapat mengatur debit air sungai pada musim
hujan dan musim kemarau. Hutan ini mempunyai tempat atau kedudukan yang
strategis pada suatu daerah yang tinggi dengan kelerengan yang besar dan pada
tanah berpasir yang mudah tererosi dengan curah hujan besar dan intensitas
hujan tinggi
Kegunaan hutan adalah sebagai berikut :
1)
Mempunyai
pengaruh terhadap iklim makro, dapat menurunkan suhu maksimum, menaikkan suhu
minimum, menaikkan kelembaban relative dan mengurangi kecepatan angin
2)
Mempunyai
pengaruh terhadap presipitasi setempat, limpasan permukaan (surface runoff), erosi dan hilangnya air
disebabkan penguapan
3)
Dapat
mencegah erosi, mengendalikan banjir dan sebagai pemberi air bersih secara
teratur
4)
Menjaga
porositas tanah dan meningkatkannya pengaruh serasah
5)
Mempercepat
proses pembentukan tanah menjadi tebal dan dapat menyimpan air, karena adanya
perakaran dan humus, akibat kematian air secara alamiakar tanaman berbentuklah
rongga-rongga di dalam tanah sehingga daya tampung meningkat.
Demikian
juga dengan adanya hutan yang lebat, dimana banyak tumbuhan yang besar hidup
disana maka suatu daerah tersebut akan dapat mencegah erosi yang disebabkan
adanya pengikisan oleh air hujan. Karena dengan adanya tumbuhan biasanya
memiliki perakaran yang besar dan luas sehingga akan dapat menyerap air yang
banyak serta rongga-rongga yang dibentuknya dalam tanah maka akan dapat
menampung air yang banyak.
2.4
Peranan vegetasi terhadap ekosistem
Vegetasi
sebenarnya makhluk yang paling
menentukan dalam suatu ekosistem karena mempunyai peranan sebagai berikut :
1)
Sebagai
perubahan terbesar dari lingkungan karena mempunyai fungsi sebagai perlindungan
sehingga dapat mengurangi radiasi matahari, mengurangi temperatur yang ekstrim.
Melalui proses transpirasi dapat mengalirkan air tanah ke udara. Serasahnya
yang mancur dapat menambah humus pada tanah, dan lainnya.
2)
Sebagai
pembangkit energi untuk seluruh ekosistem. Hanya vegetasi yang dapat memanfaatkan
energi surya secara langsung dan mengubah menjadi berguna bagi organisme lain,
melalui proses fotosintesis. Semua organisme dalam ekosistem sangat bergantung
kepada energ yang dihasilkannya.
3)
Sebagai
sumber hara mineral. Kehidupan memerlukan karbon, hidrogen, oksigen, kalsium
dan banyak lagi unsur-unsur lainnya. Semua unsur ini terdapat dalam tanah dan
atmosfer. Hewan dan manuasia tidak mempunyai kemampuan mengikat maupun
menguraikan ion-ion mineral dari tanah. Unsur-unsur tersebut tersedia bagi organisme
hidup lainnya setelah melalui proses
sintesis yang terjadi dalam tubuh tanaman. Peredaran (siklus) karbon dan
oksigen di alam, sangat dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan respirasi
tanaman.
2.5
Kajian faktor lingkungan
Lingkungan
adalah suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme. Setiap organisme hidup dalam
lingkungannya masing-masing. Begitu juga jumlah dan kualitas organisme dalam
keadaan ilmiah dipengaruhi oleh organisme lainnya. Demikian juga faktor-faktor
kimia fisika yang bekerja dalam daerah itu. Hubungan timbal balik faktor fisika
dan biologis menghasilkan pemantapan kekhasan fauna dan flora dalam daerah
tersebut (Zoer’aini, 2012:108).
2.5.1
Habitat
Habitat
yaitu tempat tinggal suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup mempunyai tempat
hidup yang di sebut habitat. Istilah habitat juga dapat dipakai untuk
menunjukan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang
membentuk suatu komunitas. Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu
padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove
dapat disebut hutan mangrove, untuk hutan hujan tropik dapat menggunakan hutan
hujan tropis, dan lain sebagainya (Indriyanto,
2005:27).
Hutan
hujan tropis (Tropical rain forest atau
mountain rain forest) sangat menarik, merupakan ekositem yang klimaks klimatiks tetumbuhan yang ada dalam
hutan ini tidak pernah menggugurkan daun, kondisinya sangat bervariasi seperti
ada yang sedang berbunga, ada yang sedang berbuah, ada yang dalam
perkecambahan, atau berada dalam tingkatan kehidupan sesuai dengan sifat dan
kelakuan masing-masing jenis tetumbuhan tersebut. Hutan hujan tropis mempunyai
vegetasi yang khas daerah tropis basah dan menutupi semua permukaan dataran
yang memiliki iklim panas, curah hujan cukup banyak serta membagi rata
(Zoer’aini, 2012:143).
2.5.2
Faktor tempat tumbuh
Jenis
pohon dapat tumbuh di suatu lokasi dan cepat pertumbuhannya sangat ditentukan
oleh faktor tempat tumbuh hutan (faktor tapak). Tempat tumbuh hutan (tapak)
merupakan tempat yang dipandang dari segi faktor ekologinya mempunyai kemampuan
untuk menghasilkan vegetasi lainya. Dengan kata lain, tempat tumbuh merupakan
gabungan kondisi biotek, iklim dan tanah pada sebuah tempat. Kulitas tempat
tumbuh merupakan gabungan dari banyak faktor lingkungan, misalnya jenis tanah,
kedalam tanah, tekstur tanah, karakteristik propel tanah, komposisi mineral,
kecuraman lereng, arah lereng, dan iklim mikro (indriyanto, 2008:36).
2.5.4
Tanah
Tanah
merupakan medium atau tempat untuk tumbuh dan berkembangnya pohon. Tanah adalah
kumpulan-kumpulan bahan alami yang terdapat pada permukaan bumi atau tempat
berpijak pepohonan. Pohon tumbuh akan lebih besar pada tanah yang lebih subur
dari pada di tempat tumbuh yang jelek atau miskin hara (Indriyanto, 2008:36).
2.5.5
Air
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terhadap vegetasi adalah kandungan air tanah akan garam-garam
anorganik yang terlarut yang berasal dari bahan mineral yang ada dari
penguraian bahan organik. Unsur-unsur tertentu penyusunan garam-garam ini
merupakan unsur esensial untuk kehidupan tumbuhan sehat bahkan untuk hidup dan
matinya tumbuhan (Polunin N, 1990:370).
Air, di dalam tubuh tanaman diperlukan secara
terus menerus, dengan demikian jika suplai air ini mengalami gangguan, maka
mempengaruhi reaksi biosentesis yang terjadi. Penggolangan kadar air tanah
(jenuh, lembab, kering) mengikuti kondisi lapangan yang biasa terdapat dan
berlaku dikalangan petani. Kondisi lahan jenuh memilki tanah lunak, lekat dan
liat, sedangkan lahan kering dicirikan oleh tanah yang bersifat kering,
retak-retak, keras dan kasar bila diraba, sedangkan lembab dicirikan pada
kondisi air tanah yang optimum. Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap
pengolahan tanah. Dengan demikian kekurangan air dapat mempengaruhi pertumbuhan
bahkan penurunan hasil (Yunus, 2004:96).
2.5.6
Iklim
Suatu
konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem atau lingkungan, yaitu suatu
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Menurut pengertiannya suatu sistem terdiri atas
komponen-komponen yang bekerja teratur sebagai suatu kesatuan. Lingkungan
terbentuk oleh komponen hidup dan takhidup disuatu tempat berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi oleh arus
informasi antara komponen dalam ekosistem itu (Soemarwoto, 1998:23). Sedangkan
menurut Michael (1994:13), faktor lingkungan utama yang menentukan keberadaan spesies
tumbuhan adalah faktor iklim (cahaya, suhu, air, kelembaban, dan angin) faktor
tofografi.
a)
Cahaya
matahari (sinar)
Cahaya
matahari sangat penting bagi kehidupan organisme dalam segi mempengaruhi dan
mengontrol. Cahaya sangat diperlukan untuk fotosintesis yang mempengaruhi
pertumbuhan setiap tumbuhan (Dirdjosoemarto, 2001:24)
b)
Suhu
Suhu
adalah faktor ekologi yang sangat terkenal dan juga sangat mudah diukur. Pengaruh
suhu bersifat umum, seringkali suhu merupakan faktor pembatas terhadap
pertumbuhan dan penyebaran tanaman dan hewan. Pengaruh pembatas suhu
menghasilkan zonasi dan stratifikasi yang terjadi dalam air dan tanah (Michael,
1994:14).
c) Kelembaban udara
Menurut Michael (1994:13), menyatakan bahwa
jumlah uap air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban, faktor suhu dan
tekanan mempengaruhi kelembaban, sehingga sering diukur kelembaban relative,
kelembaban adalah faktor ekologis yang penting karena ia mempengaruhi aktivitas
organisme dan membatasi penyebaran dengan harian, serta keragaman tegak dan
mendatar. Pengukuran-pengukuran sekejap, terus menerus atau total mengenai
kelembaban relative dilakukan.
d) Angin
Pertumbuhan tanaman, pangkal pohon dapat
berfungsi sebagai penyangga dan bagian atasnya dapat tumbuh pada sisi jauh
dengan angin, pasir, debu sebaran garam atau bahan-bahan yang dibawa angin
memiliki pengaruh mengikisnya pada berbagai komponen lingkungan. Angin keras
yang sesekali juga akan memiliki pengaruh pada lingkungan, karena mereka
mematah dahan pohon, meyebarkan bagian-bagiannya serta buah-buahnya. Perubahan
faktor ekologi lainnya. Aktivitas dan pola penyebaran organisme dapat juga
dibatasi angin (Michael, 1994:14).
2.5.7
Pengaruh
keasamaan (pH)
Menurut
Yunus (2003:29), menjelaskan bahwa reaksi tanah menunjukkan sifat keasaman
suatu alkalinitas tanah yang dapat ditunjukan dalam pH. Nilai pH menunjukan banyaknya
konsentrasi ion H+ didalam tanah. Makin tinggi pH kadar ion H+ dalam
tanah maka semakin masam. Pentingnya pH tanah adalah sebagai berikut : 1)
menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, 2) menunjukkan
kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan 3) mempengaruhi perkembangan
organisme.
2.5.8
Faktor
tofografi
Menurut Polunin (1990:400), menyatakan bahwa
tofografi memilki sifat seperti ketinggian dan kemiringan, proses geodinamika
seperti pedangkalan dan erosi, dan konsekuensi oleh geolgi setempat.
2.5.9
Curah Hujan
Hujan
merupakan satu bentuk presivitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat
diatmosfir, bentuk presivitasi disebut adalah salju atau es. Bila dikatakan
hujan dengan intensitas besar, ini berarti hujan lebat, kurang baik bagi tanaman
dan dapat menimbulkan erosi ( Kartasapoetra, dkk, 1987:23).
2.6
Hutan
dan Nilai Keanekaragaman Hayati
Eksistensi
dan perkembangan manuasia dan perkembangan non manusia di bumi, memiliki
nilai-nilai tersendiri bagi dirinya ( intrinsic value). Eksistensi tumbuhan
di bumi juga memiliki nilai bagi dirinya sendiri dan bila dimanfaatkan oleh
manusia harus memiliki kaidah konservasi untuk menjaga kelangsungannya
(Suryadarma, 2008:15).
Indonesia
merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis flora dan fauna dengan
tipe-tipe hutan yang bervariasi di dunia, sehingga Indonesia dikenal sebagai
negara “mega biodiversity” kedua
setelah Brazil. Selain itu, Indonesia juga menduduki lima besar di dunia untuk
kekayaan jenis tumbuhan dengan 3.8000 jenis spesies. Indonesia juga merupakan
salah satu pusat Vavilov di dunia. Vavilov adalah pusat penyebaran tumbuhan
ekonomi (komersial) buah-buahan tropik, jahe-jahean dan kayu. Keanekaragaman
hayati memiliki beranekaragam nilai atau arti bagi kehidupan. Ia tidak hanya
bermakna sebagai modal untuk menghasilkan produk dan jasa saja (aspek ekonomi)
tetapi juga mencakup aspek sosial, lingkungan, sistem pengetahuan dan informasi
dan etika serta kaitan di antara berbagai aspek (Tuheteru, 2012:13).
Manfaat
hutan secara langsung bagi kehidupan manusia adalah sebagai sumber kayu bakar,
bahan bangunan, bahan kerajinan, tumbuhan hias, obat-obatan tradisional,
tambahan bahan bangunan atau sebagai sumber devisa negara. Sedangkan fungsi
hutan secara langsung antara lain memulihkan kualitas lingkungan hidup, seperti
mengatur tata air, perlindungan bahaya erosi, memelihara iklim setempat, untuk
rekreasi dan sebagainya (Tuheteru, 2012:13).
2.7
Tinjauan
Daerah Penelitian
Objek
Wisata Batu Benawa Pagat Merupakan salah satu Objek Wisata yang terdapat di
Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Objek Wisata ini terletak ±
500 m dari Kecamatan Batu Benawa dan ± 7 Km dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Di
kecamatan ini terdapat objek wisata yang cukup populer dikunjungi masyarakat
sekitar, bahkan dari berbagai daerah. Objek Wisata Batu Benawa Pagat atau yang
dikenal Objek Wisata Pagat ini merupakan objek wisata yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah setempat dengan luas daerah ±
209 M2.
Pada
sekitar daerah objek wisata ini mempunyai ekosistem yang cukup strategis,
dimana merupakan daerah dataran tinggi, jika ditinjau satu persatu, pada objek
wisata terdapat sebuah gunung batu kapur, yang dinamakan dengan gunung Batu
Benawa, sebuah dataran, lereng gunung, dan dilewati sebuah sungai. Pada sekitar
daerah tersebut banyak ditumbuhi oleh tumbuhan yang beranekaragam, baik besar
maupun kecil, terutama disini cukup banyak jenis pohon-pohonan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar