Stem Sel
1
Definisi dan Sejarah Stem Sel
Stem
cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat:
1. Kemampuan
untuk berdiferensiasi menjadi sel lain
(differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai
jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel
pankreas, dan lain-lain.
2. Kemampuan
untuk memperbaharui atau meregenerasi
dirinya sendiri
(self-regenerate/self-renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan
dirinya melalui pembelahan sel.
Pada 1800-an, profesional medis datang untuk
mengetahui bahwa beberapa sel dapat menghasilkan sel-sel lain dan di tahun
1900-an, itu bisa membuktikan bahwa sel induk dapat menghasilkan bahkan sel
darah. Para ahli sumsum tulang ditransplantasikan ke pasien yang memiliki leukemia. Padahal,
hal itu tidak berhasil tetapi termotivasi para ahli untuk membuat transplantasi
sumsum tulang berhasil pada manusia. Ini dilakukan di Perancis pada 1950-an.
Jean Dausset mengatakan
bahwa protein pada permukaan sel leukosit atau antigen HLA. Dengan bantuan dari
antigen HLA, sistem kekebalan tubuh menentukan negara yang sehat sel dan harta benda mereka. Pada tahun 1960, transplantasi sel dilakukan antara saudara
kandung. Setelah ini, Undang-Undang Transplantasi Organ Nasional pada
tahun 1984 dan National Marrow Donor Program itu dilakukan. Lebih dari 16.000
transplantasi dilakukan selama periode ini, dan itu menemukannya menyembuhkan
penyakit seperti immunodeficiencies, hemofilia dan kanker darah atau leukemia.
2. Jenis-jenis Stem Sel
Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi
Berdasarkan
kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi:
1.
Totipotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam
stem cell totipotent adalah zigot (telur yang telah dibuahi).
2.
Pluripotent. Dapat
berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan
endoderm, tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta
dan tali pusat. Yang termasuk stem cell pluripotent adalah embryonic stem
cells.
3.
Multipotent. Dapat
berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem
cells.
4.
Unipotent.
Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten mempunyai
sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-renew).
Berdasarkan Sumbernya
Stem cell ditemukan
dalam berbagai jaringan
tubuh. Berdasarkan sumbernya, stem cell dibagi menjadi:
1) Zygote. Yaitu
pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur .
2) Embryonic
stem cell. Diambil dari inner cell mass
dari suatu blastocyst (embrio yang
terdiri dari 50 – 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem
cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada
IVF (in vitro fertilization). Tapi saat
ini telah dikembangkan teknik pengambilan
embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga
dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat
mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
3) Fetus.
Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4) Stem cell
darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah
bayi lahir. Stem cell dari darah tali pusat merupakan jenis
hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis stem cell ini ke dalam
adult stem cell.
5) Adult stem
cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari:
a.
Sumsum
tulang.
Ada 2 jenis stem cell dari sumsum
tulang:
− hematopoietic stem cell. Selain dari
darah tali pusat dan dari sumsum tulang,
hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari darah tepi.
− stromal stem cell atau disebut juga
mesenchymal stem cell.
b. Jaringan
lain pada dewasa seperti pada:
− susunan saraf pusat
− adiposit (jaringan lemak)
− otot rangka
− pankreas
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain
berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai
dengan jaringan asalnya, adult stem cell
juga dapat berdiferensiasi menjadi
sel jaringan lain. Misalnya: neural stem cell dapat berubah menjadi sel
darah, atau stromal stem cell dari
sumsum tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan
sebagainya.
3
Mekanisme Stem Sel
Stem cell dapat diperoleh melalui
teknik transplantasi. Transplantasi stem cell dapat berupa transplantasi
autologus, transplantasi alogenik, dan transplantasi singenik.
1. Transplantasi
autologus, yaitu transplantasi menggunakan sel induk pasien sendiri, yang
dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi.
2. Transplantasi
alogenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari donor yang cocok,
baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
3. Transplantasi
singenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari saudara
kembar identik.
Berdasarkan sumbernya, transplantasi
stem cell dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
a) Transplantasi
sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat
dalam tulang-tulang besar
seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan tulang rusuk. Sumsum
tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik. Sejak dilakukan
pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang
digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis
tertentu, dan anemia aplastik.
Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian
transplantasi sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pada transplantasi ini
prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranestesi total.
Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan
sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke
dalam vena resipien.
Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang resipien dan
sel-selnya mulai berproliferasi. Pada akhirnya jika semua berjalan lancar,
seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru.
Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien
telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru
memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih
yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi
sumsum tulang memerlukan kecocokan HLA 6/6
atau paling tidak 5/6. Risiko lainnya adalah timbulnya penyakit GvHD, di mana
sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologi
menyerang sel-sel resipien. Selain itu, risiko kontaminasi virus lebih
tinggi dan prosedur pencarian donor yang memakan waktu lama.
b) Transplantasi
sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Seperti halnya sumsum
tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk walaupun
jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk
mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu
transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony
stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik
bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan
dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien membutuhkan sel induk
hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah
mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif
memisahkan sel induk dan mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel
induk darah tepi pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan
transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat. Selain itu,
pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu sekitar 100
cc. Keuntungan lain, sel induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel
induk darah tepi lebih rentan, tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga
lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada jaringan penunjang untuk
pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur
dengan sumsum tulang.
c) Transplantasi
sel induk darah tali pusat
Pada tahun 1970-an, para peneliti
menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama
dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang.Karena sel induk dari
sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan
darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan gangguan-gangguan sistem
kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa mereka juga dapat menggunakan
sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah
tali pusat mengandung sejumlah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan
di atas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi
pasien-pasien tertentu. Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah
mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat
menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali
dilakukan di Perancis pada penderita anemia Fanconi tahun
1988. Pada tahun 1991, darah tali pusat ditransplantasikan pada penderita
Chronic Myelogenous Leukemia. Kedua transplantasi inii berhasil dengan
baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira 3.000 transplantasi darah tali
pusat.
Keuntungan embryonic stem cell:
1. Mudah
didapat dari klinik fertilitas.
2. Bersifat
pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh.
3. Immortal.
Berumur panjang, dapat berproliferasi beratus-ratus kali lipat pada kultur.
4. Reaksi
penolakan rendah.
Kerugian embryonic stem cell:
1. Dapat bersifat tumorigenik. Artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tak
berdiferensiasi dapat menimbulkan
kanker.
2. Selalu
bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan penolakan.
3. Secara
etis sangat kontroversial.
Keuntungan umbilical
cord blood stem cell (stem cell dari
darah tali pusat):
1. Mudah
didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat).
2. Siap
pakai, karena telah melalui tahap
prescreening, testing dan pembekuan.
3. Kontaminasi
virus minimal dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
4. Cara
pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti donor.
5. Risiko GVHD
(graft-versus-host disease) lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan
stem cell dari sumsum tulang, dan transplantasi tetap dapat dilakukan walaupun
HLA matching tidak sempurna atau
dengan kata lain toleransi terhadap
ketidaksesuaian HLA matching lebih besar
dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
Kerugian umbilical cord blood stem cell:
1. Kemungkinan
terkena penyakit genetik. Ada beberapa
penyakit genetik yang tidak terdeteksi saat
lahir sehingga diperlukan follow up setelah donor beranjak dewasa.
2. Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah
stem cell yang diperlukan
resipien dengan yang tersedia dari
donor, karena jumlah sel yang dibutuhkan
berbanding lurus dengan usia, berat badan dan status penyakit.
Keuntungan adult stem cell:
1. Dapat
diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun.
2. Sudah
terspesialisasi sehingga induksi menjadi
lebih sederhana.
3. Secara
etis tidak ada masalah.
Kerugian adult stem cell:
1. Jumlahnya
sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan
matur sehingga sulit mendapatkan
adult stem cell dalam jumlah banyak.
2. Masa
hidupnya tidak selama embryonic stem cell.
3. Bersifat multipoten, sehingga diferensiasi tidak
seluas embryonic stem cell yang bersifat pluripoten.
5
Peran Stem Sel dalam Riset
1. Terapi gen, stem cell (dalam hal
ini hematopoietic stem cell) digunakan
sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini berhasil gen tertentu dalam tubuh pasien.
Dan karena stem cell mempunyai
sifat self-renewing, maka pemberian pada
terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga
dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut
dapat menetap di berbagai macam sel.
2.
Mengetahui proses biologis, yaitu
perkembangan organisme dan perkembangan
kanker. Melalui stem cell
dapat dipelajari nasib sel, baik
sel normal maupun sel kanker.
3.
Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan .
4.
Terapi sel
berupa replacement therapy. Oleh
karena stem cell dapat hidup di luar
organ tubuh manusia misalnya di cawan petri,
maka dapat dilakukan manipulasi terhadap stem cell itu tanpa mengganggu
organ tubuh manusia. Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat
ditransplantasi kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu.
Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell:
a)
Penyakit autoimun. Misalnya pada
lupus, artritis reumatoid dan diabetes
tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang ke darah
tepi, hematopoietic stem cell
dikeluarkan dari dalam tubuh untuk
dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi
radiasi untuk membunuh
sel-sel imun matur yang tidak mengenal self antigen (dianggap
sebagai foreign antigen). Setelah itu
hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan
bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur
sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula.
b) Penyakit degeneratif. Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat beberapa
kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis sebagai
suatu penyakit. Pada keadaan ini stem
cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi
menjadi sel-sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel yang telah rusak
atau mati akibat penyakit degeneratif.
c) Penyakit keganasan. Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit
autoimun. Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat
telah lama dipakai dalam terapi leukemia
dan penyakit darah lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar