PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai
sumber yang
dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai
teknik selama kegiatan penelitian berlangsung (Widya, 2010:1).
Pengumpulan
Data merupakan tahapan awal dalam proses penelitian yang penting, karena hanya
dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung
sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah
ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan
teknik Pengumpulan data yang benar, kita akan mendapatkan strategi dan
prosedur yang akan kita gunakan dalam mencari data di lapangan (Hartanto,
2003:7).
Berdasarkan
penjelasan diatas maka pada makalah ini, kita akan membahas jenis data apa saja
yang dapat kita pergunakan untuk penelitian kita. agar penelitian kita dapat
tercapai sebagaimana yang kita harapkan.
1.1 Rumusan
Masalah
·
Jenis
Pengumpulan data apa saja yang dapat diterapkan dalam penelitian?
1.2 Tujuan
Penulisan
·
Untuk
mengetahui jenis pengumpulan data apa saja yang dapat terapkan dalam penelitia.
BAB II
ISI
2.
PENGUMPULAN
DATA
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai
sumber yang
dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai
teknik selama kegiatan penelitian berlangsung
2.1 Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung
dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa
opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap
suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian (Hartanto,
2003:6). Sedangkan menurut Widya (2010:) mengandung 2 pengertian yaitu:
1) Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.
2) Data primer disebut juga sebagai data asli atau
data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan
data
primer,
peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion –
FGD) dan penyebaran kuesioner.
2.2 Data Skunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Hartanto, 2003:3). Widya (2010:5)
juga mengemukakan dalam karyanya yaitu bahwa data primer adalah merupakan data data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS),
buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu
melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan
dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
· Apakah kita memerlukan data sekunder
dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti?
· Data sekunder seperti apa yang kita
butuhkan?
Identifikasi data sekunder yang kita butuhkan akan membantu
mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu serta biaya. Adapun data sekunder dapat
dipergunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a)
Pemahaman
Masalah:Data sekunder dapat digunakan sebagai sarana pendukung untuk memahami
masalah yang akan kita teliti. Sebagai contoh apabila kita akan melakukan
penelitian dalam suatu perusahaan, perusahaan menyediakan company profile atau
data administratif lainnya yang dapat kita gunakan sebagai pemicu untuk
memahami persoalan yang muncul dalam perusahaan tersebut dan yang akan kita
gunakan sebagai masalah penelitian.
b)
Penjelasan
Masalah: Data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas masalah dan menjadi
lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan pada data sekunder yang
tersedia, kita dapat mengetahui komponen-komponen situasi lingkungan yang
mengelilinginya. Hal ini akan menjadi lebih mudah bagi peneliti untuk memahami
persoalan yang akan diteliti, khususnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
mengenai pengalaman-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti
c)
Formulasi Alternative-Alternative Penyelesaian
Masalah yang Layak Sebelum kita mengambil suatu keputusan, kadang kita memerlukan
beberapa alternative lain. Data sekunder akan bermanfaat dalam memunculkan
beberapa alternative lain yang mendukung dalam penyelesaian masalah yang akan
diteliti. Dengan semakin banyaknya informasi yang kita dapatkan, maka
peneyelesaian masalah akan menjadi jauh lebih mudah.
d)
Solusi
Masalah: Data sekunder disamping memberi manfaat dalam membantu mendefinisikan
dan mengembangkan masalah, data sekunder juga kadang dapat memunculkan solusi
permasalahan yang ada. Tidak jarang persoalan yang akan kita teliti akan
mendapatkan jawabannya hanya didasarkan pada data sekunder saja (Hartanto,
2003:3).
Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan
kriteria sebagai berikut:
a) Waktu Keberlakuan: Apakah data
mempunyai keberlakuan waktu? Apakah data dapat kita peroleh pada saat
diutuhkan. Jika saat dibutuhkan data tidak tersedia atau sudah kedaluwarsa,
maka sebaiknya jangan digunakan lagi untuk penelitian kita.
b) Kesesuaian: Apakah data sesuai
dengan kebutuhan kita? Kesesuaian berhubungan dengan kemampuan data untuk
digunakan menjawab masalah yang sedang diteliti.
c) Ketepatan: Apakah kita dapat
mengetahui sumber-sumber kesalahan yang dapat mempengaruhi ketepatan data,
misalnya apakah sumber data dapat dipercaya? Bagaimana data tersebut
dikumpulkan atau metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut?
d) Biaya: Berapa besar biaya untuk
mendapatkan data sekunder tersebut? Jika biaya jauh lebih dari manfaatnya,
sebaiknya kita tidak perlu menggunaknnya (Hartanto, 2003:6).
2.3 Alat Pengukuran dalam Penelitian
Untuk
mengumpulkan data yang dimaksud, seorang peneliti biasanya menggunakan
instrument untuk mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan suatu instrument
pengumpul data dalam proses penelitian sangat penting karena kondisi data
tergantung alat (instrument) yang dibuat. Adapun pengertian Instrumen penelitian menurut
Muhammad (2001:166) adalah Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan
penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu
metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti
telah memahami benar penelitiannya.
Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal
penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator,
deskriptor dan butir-butir instrumennya.
Arikunto dan Suharsimi (2006:150) mengemukakan ada beberapa
langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian.
Langkah-langkah tersebut adalah:
a) Analisis variabel penelitian, yakni
mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator
tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam
membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep
yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau
menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
b) Menetapkan jenis instrumen yang
digunakan untuk mengukur variable / subvariabel / indikator-indikatornya. Satu
variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari
satu instrumen.
c) Setelah ditetapkan jenis
instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-kisi ini
berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan,
banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan
didasarkan pada indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann
beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas
dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti.
Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat
dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas
sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
d) Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu
peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah
yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari
yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus
sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang
betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
e) Instrumen yang sudah dibuat
sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya membuang
instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan
isi dan redaksi/bahasannya.
Sebuah
instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
ü Valid,
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid
dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran alat untuk
mengukur panjang.Meteran menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur
berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan
valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti.
ü Reliable,
reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur
apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi,
instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
hasil penelitian yang valid dan reliable (Sugiyono, 2009: 79).
2.4 Wawancara dan Kuesioner
2.4.1
Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara (Widya, 2010:29).
a)
Jenis-jenis
Wawancara
ü Wawancara terstruktur: pertanyaan dan
alternatif jawaban telah ditetapkan lebih dulu, jawaban lebih mudah dikelompokkan & dianalisis
ü Wawancara tak berstruktur: bersifat
informal, luwes, disesuaikan dengan subjek dan suasana.
b)
Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan dalam
Wawancara
ü Hal-hal
yang harus dilakukan seorang pewawancara adalah mendengar, mengamati,
menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang
penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan
kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi,
kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Suksesnya
suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai
keterampilan sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
ü Dalam
proses wawancara si pewawancara harus meredam egonya dan melakukan pengendalian
tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh
orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni suasana
yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai
pikiran muncul dibenak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung.
Seperti : Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang
diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat bicara
jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
c)
Kelebihan
dan kekurangan teknik wawancara
v Kelebihan
ü Flexibility.
Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang
dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka
dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi
tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan jika suatu
pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia dapat
menundanya.
ü Nonverbal
Behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa
suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan
dijawab oleh responden.
ü Question
Order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat
memahami maksud penelitian secara baik, sehingga responden dapat menjawab
pertanyaan dengan baik.
ü Respondent
alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh
responden yang telah ditetapkan.
ü Greater
complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisi pertanyaan yang mudah
dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit
dan mendetail.
ü Completeness.
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
v Kelemahan
ü Mengadakan
wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan
juga mungkin biaya.
ü Interview
Bias. Walau dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan
dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin,
etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden
dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
ü Keberhasilan
wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan
hubungan antar manusia (human relation).
ü Wawancara
tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di
lokasi-lokasi ribut dan ramai.
ü Sangat
tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek
wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
ü Jangkauan
responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama dari pada angket dan biaya
yang relatif yang lebih mahal.
2.4.2
Kuesioner
a) Pengertian Kuesioner
Kuisioner
adalah suatu daftar yang berisi prtanyaan-pertanyaan untuk tujuan khusus yang
memungkinkan seorang analis sistem untuk mengumpulkan data dan pendapat dari
para responden yang telah dipilih. Daftar pertanyaan ini kemudianakan dikirim
kepada para responden yang akan mengisinya sesuai dengan pendapat mereka.
b) Klasifikasi Kuesioner
ü Kuesioner berstruktur/tertutup: berupa
pertanyaan disertai alternatif jawaban
ü Kuesioner tidak berstruktur/terbuka: jawaban bebas
menurut pendapat responden
ü Kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur: memberi alternatif jawaban tapi memberi kebebasan responden untuk menjawab lebih lanjut
ü Kuesioner semi terbuka: kuesioner
yang memberi kebebasan kemungkinan menjawab selain
dari alternatif jawaban yang sudah tersedia
c) Harapan karakteristik pertanyaan pada angket
ü Tujuan
yang akan diteliti harus jelas disusun dalam pertanyaan.
ü Konfidensial:
Data yang diberikan responden merupakan rahasia informasi yang dapat dipercaya.
ü Anonim:
Nama dari responden seyogyanya bukan menjadi masalah yang penting dalam
penelitian.
ü Pertanyaan
mudah dipahami oleh responden.
ü Spesifik:
Pertanyaan harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.
ü Ambigiositas:
Bila pertanyaan bersifat mendua arti akan menyulitkan bagi responden untuk
menjawabnya. Contoh : Anda suka naik gunung dengan sepeda dan naik kuda? Disini
dua pertanyaan ditanyakan bersama.
ü Faktual:
Pertanyaan seyogyanya bersifat meminta fakta bukan opini. Contoh: beberapa
orang terbunuh dalam peperangan itu?(fakta). Bagaimana pendapat anda pada
pembunuhan itu? (opini).
ü Ketidakjelasan
atau kesamaran: Pertanyaan seyogyanya tidak mengandung ketidak jelasan atau
samar-samar keraguan. Contoh: Pada suatu pertandingan sepak bola, anda suka
bila ada taruhannya?
ü Pertanyaan
seyogyanya tidak memberi petunjuk responden terarah pada suatu masalah tertentu.
Contoh: Bukankah anda berfikir bahwa menambah dosis obat yang diminum
membahayakan, bukan? Pertanyanan hendaknya tidak mempersukar responden untuk
menjawabnya. Contoh: Berapa kali anda setiap hari mandi atau sikat gigi?
ü Pertanyaan
hendaknya jangan bersifat pribadi. Kecuali kalau perlu sekali, hindari
pertanyaan yang bersifat pribadi. Contoh: Apakah anda suka kawin lagi ?
ü Pertanyaan
hendaknya tidak terlalu panjang, seyogyanya singkat dan jelas.
ü Petanyaan hendaknya besifat logis.
2.5 Tes
Widya (2010:35) mengemukakan bahwa pengertian tes adalah seperangkat rangsangan
(stimulus) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar penetapan skor
angka.
a)
Jenis
Tes
1.
Tes lisan
Tes
lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik.
Ø Macam-macam Test Lisan
Tes
lisan ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya
menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan
dapat dibedakan menjadi dua yakni:
ü Tes
lisan bebas yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa
menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis
ü Tes
lisan berpedoman yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang
akan ditanyakan kepada peserta didik.
Ø Kelebihan dan Kekurangan Test Lisan
· Kelebiahan
ü Dapat
menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap,
serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
ü Bagi
peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang
dimaksud.
ü Hasil
tes dapat langsung diketahui peserta didik.
ü Siswa
dapat mengemukakan argumentasi
ü Dapat
mengevaluasi kemampuan penalaran
ü Dapat
mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan
ü Dapat
melakukan pendalaman materi
ü Tidak
mungkin terjadi penyontekan
ü Bahan
ujian dapat luas dan mendalam
· Kelemahan
ü Subjektivitas
pendidik sering mencemari hasil tes
ü Waktu
pelaksanaan yang diperlukan.
ü Sangat
memungkinkan ketidakadilan
ü Subjektifitas
tinggi
ü Memerlukan
waktu yang lama
ü siswa
dapat melakukan asal bicara saja
ü jika
siswa memiliki sifat gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab
ü Kurang
reliabel
Ø Pelaksanaan tes lisan
Nurkancara
(1986:60) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pelaksanaan tes lisan antara lain adalah sebagai berikut:
ü Pertahankanlah
situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap menyadari bahwa
tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran tentang prestasi belajar yang
dicapai oleh murid-murid.
ü Janganlah
guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut memberikan jawaban
yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang sangat “tolol”.
ü Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu
seoarang murid yang sedang di tes dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena
kita merasa kasihan atau simpati pada murid tersebut. Hal ini bertentangan
dengan prinsip-prinsip evaluasi karena kita bertindak tidak adil terhadap murid
yang lain.
ü Siapkanlah
terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang diminta untuk
setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan samapai terkecoh oleh
jawaban yang ngelantur dari murid-murid.
ü Laksanakanlah
skoring secara teliti terhadap setiap jawaban yang diberikan oleh murid.
Ø Langkah-langkah Tes Lisan
ü Langsung
kepada individu
ü Menyebar
kepada semua siswa
ü Retorik,
guru bertanya, siswa diberi waktu untuk menjawab, tetapi guru yang menjawab
ü Balikan,
pertanyaan siswa dijawab guru selanjutnya guru bertanya lagi kepada siswa yang
bertanya
Ø Manfaat Pertanyaan Lisan
ü Terusan,
pertanyaan peserta dibalikan untuk dijawab oleh peserta lainnya
ü Mengembangkan
pemahaman siswa
ü Mengembangkan
kemampuan berpikir dan membuat keputusan
ü Mengaktifkan
kedua belah pihak guru dan siswa
2. Tes Tertulis
Tes tertulis
adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis merupakan kegiatan yang paling
penting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal yag ditulis
harus berdasarkan
rumusan indikator yang
sudah disusun dalam kisi-kisi.
Penggunaan bentuk soal yang
tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur.
Adapun macam-macam tes
tertulis dikelompok dengan beberapa bentuk test yaitu antara lain:
a)
Test
objectif yaitu adalah soal bentuk pilihan ganda. Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Ada empat macam tes
objektif, yaitu tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice),
isian (completion), dan penjodohan (matching) (Nurgiyantoro, 2001: 98).
b)
Test
Essai Salah satu cara mengevaluasi pembelajaran adalah
dengan menggunakan Tes Esai. Tes esai sendiri adalah pertanyaan yang menuntut
peserta didik untuk menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Seperti pendapat Ngalim Purwanto (1991:35) dalam Nurgiyantoro
(2001:99) mengatakan bahwa dalam test dituntut kemampuan peserta didik untuk
benar – benar memahami pertanyaan dan merealisasikan gagasannya melalui bahasa
tulisan, sehingga tipe esai test lebih bersifat power test. Bentuk-bentuk
pertanyaannya biasanya meminta pada peserta didik untuk menjelaskan,
membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk
pertanyaan tersebut mengharapkan agar peserta didik menunjukkan pengertian
mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi
kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal
tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih
dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat
komplek.
2.6 Ukuran Kepribadian
Mengukur ciri-ciri kepribadian yang
bukan khas bersifat kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak
kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi sosial dengan orang lain,
serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian
diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorang melalui
reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket
kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa
jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah pertanyaan untuk menemukan suatu pola
bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang khas untuk orang itu.
2.7 Teknis Sosiometris
a)
Pengertian
Sosiometris
Sosiometri adalah alat
untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu dengan dasar
penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing anggota
kelompok yang bersangkutan.
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan sosial
dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data diambil
berdasarkan preferensi pribadi antara anggota kelompok (Nurgiantoro, 2001:101).
b)
Keunggulan
sosiometris
Keunggulan metode ini adalah mungkin kelebihan terbesar
teknik sosiometri adalah teknik ini memberikan informasi obyektif mengenai
fungsi-fungsi individu dalam kelompoknya, dimana informasi ini tidak dapat
diperoleh dari sumber yang lain. Sedangkan kelemahan metode ini adalah perlu
diketahui bahwa tes sosiometri, tidak memberikan jawaban yang pasti. Tes ini
hanya bisa memberikan indikasi struktur social atau petunjuk bagi peneliti
tentang individu pada periode tertentu, seluruh teori sosiometri atau
postulatnya belum dites dan dikembangkan sampai pada tingkat yang tak
tersangkal kebenarannya, dan siswa cenderung memilih bukan atas dasar
pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan kegiatan
(sosiogroup) melainkan atas dasar simpati dan antipati (psychogroup).
c)
Ciri-ciri
Sosiometris
Berikut adalah ciri khas penggunaan angket sosiometri atau
tes sosiometri , yang terikat pada situasi pergaulan sosial atau kriterium
tertentu.
1)
Dijelaskan
kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa
akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam rangka
mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi
bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan
sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
2) Setiap siswa diminta untuk menulis
pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di dalam kelompok, dengan siapa
dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu. Jumlah teman yang boleh
dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan pertama, kedua, dan ketiga.
Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah jaringan hubungan sosial yang
sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan masing-masing siswa terhadap
kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal pembentukan kelompok. Pilihan-pilihan itu
dapat berubah, bila tes sosiometri diterapkan lagi pada lain kesempatan
terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda ).Ada kemungkinan siswa akan memilih
teman-teman yang lain untuk belajar bersama di kelas, dibanding dengan
pilihan-pilihannya untuk pergi piknik bersama. Pilihan-pilihan siswa tidak
menyatakan alasan untuk memilih, kecuali bila hal itu dinyatakan dalam tes.
Pilihan-pilihan juga tidak menyatakan tentang sering tidaknya bergaul dengan
teman-teman tertentu, atau intim tidaknya pergaulan dengan teman-teman
tertentu; bahkan tidak mutlak terungkapkan taraf popularitas siswa tertentu,
dalam arti biasanya mempunyai banyak teman,beberapa teman atau sama sekali
tidak mempunyai teman.
3) Setiap siswa dalam kelompok
menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan mengetahui bahwa
kegiatan itu terbuka bagi semua.
4) Pilihan-pilihan dinyatakan
secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan. Hal ini
mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka
pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri
kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak
seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa.
5) Biasanya siswa diminta untuk
menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam
urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak
disukai. menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban
psikologis.
6) Tenaga kependidikan yang dapat
menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang studi, wali kelas, dan
tenaga ahli bimbingan, tergantung dari kegiatan yang akan dilakukan.
d)
Manfaat
atau Kegunaan Teknik Sosiometris
Teknis sosiometri dapat dipergunakan untuk:
1)
Memperbaiki
hubungan insani.
2) Menentukan kelompok kerja
3) Mengetahui bagaimana hubungan sosial
/ berteman seorang individu denganindividu lainnya.
4) Mencoba mengenali problem
penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu.
5) Menemukan individu mana yang
diterima / ditolak dalam kelompok social tertentu
2.8 Observasi
a)
Pengertian
Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian di tempat terjadi/berlangsungnya peristiwa (Margono, 1997:
158 dalam Widya;2010:20).
Berdasarkan jenisnya observasi dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
a)
Observasi langsung: observasi yang dilakukan di mana observer berada bersama objek yang diselidiki
b)
Observasi tidak langsung: observasi yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang
akan
diteliti, misalnya dilakukan melalui film, rangkaian slide,/foto
( Widya, 2010:21). Sedangkan Menurut Sugiyono
(2011:310-317) Observasi
mempunyai banyak macamnya. Untuk memperdalam pemahaman kita tentang macam-macam
observasi simak penjelasan berikut.:
ü Observasi
Partisipatif. Adalah peneliti terlibat dalam kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data.
Artinya peneliti terlibat langsung dalam kegiatan mencari data yang diperlukan
melalui pengamatan. Melalui observasi partisipatif, data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
atau gejala yang muncul. Menurut Stainback Observasi partisipatif dapat
digolong kan menjadi empat yaitu: partispasi pasif, partisipasi moderat,
observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
ü Observasi
Terus Terang atau Tersamar. Dalam observasi jenis ini peneliti
menyatakan keterusterangannya kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar kepada narasumber untuk memperoleh data yang sifatnya rahasia.
Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan
diijinkan untuk melakukan observasi.
ü Observasi
Tidak Terstruktur. Adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang diobservasikan. Dalam melakukan pengamatan
peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan.
b)
Manfaat
Observasi
Dengan observasi dilapangan
peneliti akan lebih mampu memahami konsteks data dalam keseluruhan situasi
sosial, jadi akan dapat diperoleh padangan yang holistik atau menyeluruh.
1) Dengan
observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan
peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep
atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan
penemuan.
2)
Dengan observasi peneliti dapat melihat
hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain. Khususnya orang yang berada
dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan
terungkapkan dalam wawancara.
3)
Dengan observasi, peneliti dapat menemukan
hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara
karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga.
4)
Dengan observasi, peneliti dapat menemukan
hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran
yang komperhensif.
5)
Melalui pengamatan dilapangan, peneliti tidak
hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi,
dan merasakan suasana atau situasi sosial yang diteliti.
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai
sumber yang
dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai
teknik selama kegiatan penelitian . data pun terbagi menjadi dua bagian
yaitu data primer dan data skunder, data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung
dari sumber asli (tidak melalui media perantara) sedangkan data skunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Untuk
mengumpulkan data yang dimaksud, seorang peneliti biasanya menggunakan
instrument untuk mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan suatu instrument
pengumpul data dalam proses penelitian sangat penting karena kondisi data
tergantung alat (instrument) yang dibuat. Pengumpulan data penelitian dapat
dilakukan dengan 2 teknik yaitu dengan cara wawancara dan cara kuesioner dan
untuk mengetahui kevaliditasan data penelitian dapat dilakukan dengan cara
test, jenis tes terbagi menjadi dua, yaitu test lisan dan test tertulis,
berikutnya data penelitian di ukur dengan ukuran kepribadian dan sosiometris,
setelah tahap-tahap di atas sudah terlaksana maka langkah terakhir dalam
penelitian yang harus dilakukan adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian di tempat terjadi/berlangsungnya peristiwa
atau yang disebut observasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto dan Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik.
Penerbit PT.Asdi Mahasatia. Jakarta
Hartanto Rudy. 2003. Modul
Metodelogi Penelitian. Laboratorium Biometrika Fakultas Peternakkan
Universitas Diponegoro. Semarang . http:// eprints.undip.ic id
Sugioyono. 2009. Metode dan Penelitian Kuantitatif . Penerbit
Alfabeta. Jakarta
Suryabrata Sumadi. 1993. Metode Penelitian. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Muhammad Raj Teguh. 2001. Methodologi penelitian ekonomi.
Penerbit Raja Grafindo persada. Jakarta
Nurgiyantoro. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nurkancara, Wayan. 1986. Evaluasi pendidikan.
Surabaya Bandung : Sinar Baru
Widya Astuti A. 2010. Data, Teknik Pengumpulan Data, dan
Instrumen Penelitian. Lambung Pustaka Universitas Ngeri Yogyakarta. http://www.
eprints.uny.ac.id